Branding Desa Bareng Braderkay
Membangun Brand desa merupakan Langkah awal dalam Nation Brand. Pada Tahun 1979, Jepang menginisiasi Program Issin Ippin Undo, atau biasa dikenal One Village One Product (OVOP). OVOP merupakan sebuah program merangkul satu desa untuk fokus dan mampu menghasilkan satu produk utama yang kompetitif sehingga mampu bersaing di Tingkat Global.
Dalam webinar ini, ada seorang pembicara yang menarik perhatian saya.
Beliau adalah Braderkay, seorang Brand Enthusiasm, Creativefreak, dan
Illustrator. Pengalaman dalam branding, beliau presentasikan melalui curriculum vitae.
Mulai dari umkm, korporasi swasta, hingga Lembaga pemerintahan.
Braderkay meng-ilustrasikan jika rata-rata
dalam 1 kota di Indonesia memiliki 200 desa, maka akan ada 200 brand yang akan
muncul dari setiap kota. Studi kasus yang Braderkay angkat adalah Jember. Secara
administratif, Kabupaten Jember terbagi ke dalam 31 kecamatan, 226 desa, 22
kelurahan, 959 dusun/lingkungan, 4.100 RW dan 13.786 RT. Artinya, ada 226 Brand
yang potensial di Kabupaten Jember.
Mengapa dimulai dari Desa?
Dalam membangun sebuah brand, perlu digarap
dari hulu ke hilir. Hulu adalah Nation Branding, Indonesia. Sementara hilir dimulai dari
product brand, village brand, city brand, dan province brand. Brand adalah
asosiasi lengkap yang memiliki value dan mampu menciptakan ikatan emosional.
Program One Village One Brand adalah menjadikan Desa menjadi sebuah Brand.
Indonesia memiliki brand sejak dahulu kala.
Kita mengenalnya dengan Kerjasama dan gotong royong. Ambil saja sebuah contoh
tradisi Mappalette Bola. Tradisi ini merupakan tradisi dari Suku Bugis di
Sulawesi Selatan. Sebuah tradisi pindah rumah dengan mengangkat rumah secara
gotong-royong, dan memindahkannya ke tempat baru. Tradisi ini dilakukan oleh pria
dan dipimpin oleh ketua adat setempat. Sementara wanita bertugas memasak untuk
hidangan para pengangkat rumah.
Studi kasus lainnya ada di Jepang. Budaya
samurai dan etos kerja yang tinggi selalu digaungkan masyarakat Jepang. Seperti
dalam produksi film anime yang selalu menjaga nilai keluhuran Budaya Jepang.
Korea Selatan dengan K-POP merambah dunia
dengan sangat cepat dan tak terkalahkan. Inilah Brand, sesuatu yang tidak bisa
ditiru.
One Village One Brand
Dalam konsep ini, nama desa akan menjadi nama sebuah brand dimana di bawahnya
akan menaungi produk entah itu berupa barang, olahraga, jasa, budaya, edukasi,
maupun destinasi. Faktor yang juga tak kalah penting adalah sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia yang bersinergi.
Layaknya sebuah perusahaan, Brand desa akan
dikelola secara professional
Dimulai dari menyamakan pola pikir (frekwensi),
menyamakan goal, membangun budaya kerja, penguatan tanggung jawab, kualitas
produk, marketing dan manajemen.
ONE Village ONE BRAND merupakan salah satu bentuk optimasi dari budaya gotong royong dan Kerjasama
Dimana tiap desa bersama-sama bekerja membangun
desanya dan saling mempromosikan brand desanya serta mempromosikan brand desa
lainnya.
ONE Village ONE BRAND merupakan salah satu
upaya untuk mengurangi urbanisasi
dimana tiap warga desa disibukkan untuk bekerja
dan dibayar secara professional guna membesarkan brand desanya
ONE Village ONE BRAND adalah salah satu Langkah
optimasi potensi desa yang mampu mendatangkan warga desa lain, warga bahkan
negara lain
untuk datang dan berkunjung melihat keanekaragaman desa yang mungkin tidak
mereka temui dari desa lain dengan goal besar from local to global
Tugas besarnya adalah menciptakan kolaborasi professional antara
pemerintah daerah, perangkat desa warga desa dan professional dengan tujuan
membangun Indonesia
Sebuah mimpi hanya akan menjadi mimpi jika tidak SEGERA dieksekusi
Dimulai dari Sebuah Desa
Harusnya bisa ya di Indonesia kalo dikait-kaitkan dengan program dana desa dari pemerintah. Tinggal desanya aja nih yang kreatif.
BalasHapusBetul banget, perlu sinergi positif antara rakyat, aparatur desa dan pemerintah pusat :)
HapusAmin. Desaa-desa di Indonesia punya keunikan masing-masing yang bisa jadi pembeda untuk masing-masing brand. Nah langkah selanjutnya adalah di pekerjaan yang berlanjut dan konsisten. Semoga bisa!
BalasHapusamiin :) Indonesia Bisa!
HapusOh sekarang ada One Village One Brand ya..kalau dulu mah aku tahunya program One Village One Product (OVOP) semoga semuanya sukses dan berdampak signifikan pada peningkatan.kesejahteraan masy
BalasHapussebenernya One Village One Brand konsep dari Penyelenggara Webinar. Mirip dengan OVOP, tapi ditambahkan dengan konsep Sustainable Development Goals (SDGs) 😊
HapusSemoga konsep bagus ini bisa direalisasikan. Karena problematik di negeri ini adalah eksekusi dan maintenance. Kalo ide sih, ngga kalah dengan negara lain.
BalasHapusIya betul banget Mbak Ratna 😊
HapusWaktu di Denpasar aku pernah berkunjung ke Tukad Bindu. Dan sepertinya branding desa ini sukses ya. Saya lihat di sana, selain memaksimalkan pemakaian lahan, penghijauan, juga menjual beberapa produk asli bikininan penduduk sana. Kalau urusan seperti ini Bali emang jagonya :)
BalasHapusBagus ini idenya, jadi setiap wilayah mengangkat keunikan yang menjadi ciri khasnya. Apalagi di Indonesia beraneka ragam suku dan budaya. Pasti akan banyak yang bisa diangkat. Sehingga setiap kita berkunjung ke suatu wilayah, kita memiliki pengalaman unik dan berbeda dengan daerah lainnya
BalasHapusKalau sebuah desa sudah bisa mandiri dan mempunyai produk, memang mungkin urbanisasi dalam jumlah besar terjadi.
BalasHapusSeneng deh dengan idenya. Semoga bukan hanya jadi ide, tapi juga bisa dieksekusi dengan baik :)
Masya Allah, ini ide brilian banget. Karena banyaknya penduduk di kampung saya terutama para lelakinya yang selalu merantau ke kota, sejak kecil saya juga sudah berfikir bahwa jika ada satu produk dari kampung kami yang bisa diolah dan diberdayakan mungkin para keluarga akan hidup bersama sepanjang waktu dan tidak perlu datang ke kota. Semoga saja ide ini segera terwujud.
BalasHapusBagus idenya setiap desa memiliki keunikan masing-masing untuk jadi desa wisata, yang penting berkesinambungan, jangan lekas bosan ya mengelolanya..
BalasHapusBagus banget mas idenya, soalnya desa2 terutama yang tradisional gtu biasanya punya kekhasan produk apa gtu. Itu kalau dipasarkan pakai ilmu yang lbh baik dr sekarang bisa berefek positif juga ya. Namun dalam prosesnya emang perlu edukasi, krn kadang ada masyarakat yg gk mau bergerak berubah.
BalasHapusSetujuu.. Sebuah mimpi memang harus dieksekusi ya supaya jadi kenyataan. Kalau enggak, cuma akan jadi mimpi terus 😁
BalasHapusAnw, saya suka banget sama idenya nih, one village one product. Jadi bisa menghidupkan ekonomi desa juga ya ini yaa
Setuju sik ini. Mengingat ragam desa di Indonesia punya keunikan dan hasil khasnya sendiri. Branding penting, dan harus diseriusi dari hulu ke hilir.
BalasHapusseperti: Batik-Pekalongan
Tonun-Toba.
Mesti bener2 digarap diawasi secara serius ini kalau mau berkembang bagus. Dengan begini secara perlahan mengangkat ekonomi dan intelegensi warga desa tersebut ya.
BalasHapusNice banget ini kalau memang berjalan sebagaimana mestinya.
OVOP, tapi utk di Indo emang barunakn dimulai atau masih dlm rangka mewacanakan mungkin ya?
BalasHapussetuju banget dengan penyataan "sebuah mimpi hanya akan menjadi mimpi jika tidak SEGERA dieksekusi". mantap kak :D
BalasHapusBrader Kay itu..masya allah, dari tahun 2019 ampe sekarang mau ngundang beliau ke Bengkulu belum kesampaian, semoga tahun 2021 ini Bengkulu bisa ngundang Brader Kay. atau mungkin kabupaten Tanah Datar yang wajib bawa Brader Kay untuk branding kabupaten.
BalasHapus